Senin, 05 Januari 2015

Edisi Buku "Urip Mampir Nge - Charge"



Kemarin kapan gitu lupa, saya sempatkan maen ke sebuah toko buku yang lokasinya di Ring Road Utara. Yap ! Toko buku Toga Mas. Sebenernya gak ada rencana sih mau kesini. Pas lewat Ring Road tiba-tiba mak nyuk belok kesini.

Pas masuk kedalem langsung nyosor ke rak buku Science. Statistik, Kimia Murni, Biokimia, Patofisiologi kedokteran, dan selanjutnya dan selanjutnya. Hmmm .. sepertinya saya khilaf. Beralihlah kaki secara otomatis menuju bagian novel. Hahaaa. Waaah sekian lama absen dari dunia per-buku-an, novel banyak banget yang baru. Sampai bingung mau pilih yang mana, ini udah kayak milih jodoh aja. *abaikan*
Lalu tertujulah mata saya pada salah satu buku yang tidak terlalu tebal bersampul warna kuning yang mengambang di atas kali. Weiks ! Maap OOT. Di covernya ada tulisan “bukan novel”. Hanjuk opo dong ? Tapi setelah baca sinopsisnya, wah lumayan juga nih buku. Buku ini berlatar belakang suasana di sudut kota gudeg, Jogja. Isinya ingan, tapi sarat akan kritik sosial. Dengan pemikiran yang njawani, kita diperlihatkan pada fenomena era digital yang kini sudah menggeser nilai unggah-ungguh. Give applause for “ Urip Mampir Nge-charge” !! *keplok-keplok*

Buku karya Mas @pyofatman ini mengkritik kemajuan jaman yang begitu cepat hingga mulai meninggalkan nilai nilai leluhur. Kalimatnya terkesan tidak menggurui, namun langsung mak jleb. Hal ini karena jalan cerita yang di setting di sebuah angkringan dengan pemiliknya yang terkesan ndeso namun begitu menjunjung tinggi kearifan lokal. Seperti pada bagian filosofi cangkul, dimana bagiannya terbagi menjadi 4. Salah satu yang paling saya ingat adalah bagian Bawak, yaitu besi bagian bawah. Bawak bisa berarti “urip iku kudu ngobahke awak”. Kurang lebih artinya, kita hidup harus menggerakkan badan, dalam artian terus beraktifitas, melakukan sesuatu, berusaha dan bekerja, agar terus dapat hidup. Bukan dengan bermalas-malasan, dan berharap kemewahan yang terjun bebas dari langit.

Beberapa scene obrolan di sebuah angkringan dalan “bukan novel” ini membuat saya tersadar bahwa banyak hal yang kita lewatkan, gaesss. Berikut ini salah satu quote yang oke menurut saya :

“Kecepatan laju teknologi terkadang terasa telah melampaui laju kecepatan rotasi bumi, membuat waktu berlalu begitu cepatnya. Dunia maya telah ada diantara dunia nyata, suka tidak suka, mau tidak mau harus diterima. Kekuatannya memang besar sehingga kekuatannya sulit untuk dibendung.”

Ada beberapa lagi yang sangat mak jleb langsung menusuk saya, sebagai salah satu aktivis dunia maya juga. Hehee. Keren lah pokonya buku ini. Soal harga ? Murah kok, dijamin. Tidak semahal bukunya Raditya Dika. hehee

Lalala yeyeye !



Halooo setelah sekian lama vakum dari jagad per-blogger-an, saya kembali lagi.. ciaaattt ! Kalau ala-ala K-pop ini seperti Comeback gitu lah yaa. Tadi hampir aja lupa sama password ini akun blog, untung keinget sama temen SMP yang dulu meng-analogikan saya dengan benda ini. Uuuuh kangen berat sama dia. *cieeeee… Tadi juga berasa agak siyoook waktu ngeliat tanggal last posted. 2012 bro ! Tahun dimana saya masih jadi sasaran “bribikan” itu mah. Hahaaa. Waktu sudah lama berlalu ya, tepatnya sih terlalu cepat buat berlalu *sambil nyetel lagu kemesraan*. Banyak hal yang sudah berubah gaess. Terlalu banyak malah. Wah kalau udah ngomongin kayak gini ini njuk mellow merana ..
By the way, Happy New Year, gaessss ! 


Semoga banyak keberkahan yang didapat di tahun baru masehi ini. Hal sulit semoga dimudahkan, yang terhambat semoga dilancarkan. Suksess buat kita semua ! *keplok keplok*
Jujur nih ya, sebenernya banyak yang pengen saya tulis di edisi perdana ini. Tapii begitu udah mulai ngetik, malah lupa mau nulis apa .. hufftt emang gak bakat jadi penulis. Ide hilang musnah binasa dengan begitu cepatnya. Auwoooo … Ya udahlah yaaa yang penting posting dulu, yang penting eksis duluuu :D

Sabtu, 03 Maret 2012

cerdas hati


Apakah dengan diam itu masalah akan selesai ?
Bahkan menjadi antipati terhadap orang sekitar
Padahal anda itu adalah salah satu orang yang meng”koar-koar”kan kata “profesional” dalam bekerja
Saya yakin, anda bukan termasuk orang yang “tidak tahu di-ketidak tahuan-nya”
Sangat disayangkan, padahal anda cerdas .. 

_Dan kini saya tahu orang yang cerdas pikirannya tidak lantas menjamin orang itu cerdas hatinya

Buang saja



Suatu hari kau pergi ke pegunungan dengan bukit-bukitnya yang indah namun terpencil
Jauh dari peradaban, minim komunikasi dan sumber  teknologi
Apalagi jarak yang kau tempuh sangat jauh dan dengan berjalan kaki
Kau akan merasa sangat lelah, serta beban yang begitu berat
Kemudian ada saatnya matahari akan segera erbenam dan masih 1 bukit lagi yang harus kau tempuh
Pertanyaannya, apa saja yang akan kau bawa

Tentu survival kit ikut didalamnya ..
Untuk apa ? untuk memepertahakan hidupmu, di saat paling genting
Saat dingin, kenapa kau lebih memilih mencari-cari daun dan kayu kering dan bersusah payah menghidupkan api, dibanding membawa pemanas ruangan dengan teknologi canggih
Kenapa saat lapar, kau lebih memilih membawa kompor paraffin mini yang tidak mudah menghidupkannya, dibanding kompor listrik yang tentu saja sekali “colok” langsung nyal
Karena itulah yang kau perlukan
Karena itulah yang kau butuhkan

Barang canggih tapi tidak berguna, buat apa ?
Bahwa tidak selamya apa yang lebih canggih, bagus, kerja cepat itu berguna
Barang yang tidak berguna ?
Buang saja

aku dan mari


Pernahkah pada suatu saat kau dihadapkan pada keadaan hati yang bimbang?
Pernahkah kau dihadapkan pada keadaan kau tak bisa berbuat apa-apa ?
Keadaan dimana apapun yang kau lakukan selalu dianggap salah dan tidak sesuai
Keadaan dimana tiang yang kau pegang  mulai goyah
Keadaan dimana orang yang sangat kau hormati berbalik menjadi orang yang sangat kau hindari
Ketika orang yang sangat dekat menjadi begitu asing
Hingga kau merasa dialah orang yang patut dipersalahkan atas apa yang menimpamu
Bahwa dialah orang yang paling bertanggung jawab atas permasalahanmu

Satu hal yang paling mujarab adalah lihat pada dirimu sendiri
Coba kau lihat dari 2 sisi, hitam dan putih
Mulailah dengan kata “aku”
Aku kenapa ? apa yang salah ? salah di bagian mana ?
Dan akhiri dengan kata “mari”
Mari kita koreksi bersama, mari kita selesaikan masalahnya

Dengan begitu akan tercipta energi positif, dengan saling menjaga :)